Jumat, 30 Maret 2012

MODEL KOMUNIKASI BERASA DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN : Studi mengenai Iklan Ambient Media dalam Meraih Kepercayaan Khalayak Konsumen


oleh : Bambang Sukma Wijaya
Publikasi pada : Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari - Juli 2011

Abstrak

Semakin padat dan ramainya pesan-pesan komunikasi pemasaran di media konvensional, membuat banyak pengiklan kini mulai melirik cara-cara berkomunikasi melalui media yang tidak biasa. Salah satunya melalui iklan berbentuk ambient media. Tulisan ini berusaha menelaah bagaimana pola komunikasi iklan ambient media sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran alternatif dalam meraih kepercayaan khalayak konsumen. Dengan menggunakan metode studi kasus, penulis menemukan bahwa iklan ambient media memiliki ciri khas yaitu mampu menyinergikan pesan dan pembuktian pesan melalui pengalaman khalayak konsumen dengan suasana yang mendukung, sehingga khalayak konsumen dapat langsung merasakan kebenaran pesan yang disampaikan. Pola komunikasi semacam ini penulis sebut sebagai Komunikasi Berasa atau Experiential Communication atau Ambient Communication. Berbeda dengan konsep “pengalaman” dalam marketing yang lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “produk”, konsep “pengalaman” dalam Komunikasi Berasa lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “pesan”. Sehingga dengan pengalaman langsung atau seketika (tanpa tertunda) terhadap pesan yang disampaikan secara sinergis, maka khalayak konsumen cenderung pula untuk langsung memercayai kebenaran pesan tersebut. Model Komunikasi Berasa yang merupakan pola komunikasi iklan ambient media ini dapat menjadi salah satu solusi di tengah semakin menipisnya kepercayaan khalayak konsumen terhadap janji-janji atau pesan iklan di media konvensional.Kata kunci: komunikasi berasa, iklan ambient media, khalayak, konsumen.

Beberapa alasan perkembangan iklan ambient media antara lain: sebagai bentuk penolakan terhadap kekuatan media tradisional, kebutuhan komunikasi langsung di tempat penjualan (point-of-sales), keunggulannya yang mampu menjangkau target dengan tepat, serta kecerdasannya dalam berbagai hal.

Misalnya :

Wanita cantik dan enerjik yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pelita Harapan, Jakarta ini memiliki pembawaan riang dan senang berbagi bersama teman-temannya. Seperti ketika dia melihat iklan ambient TV Plasma Samsung bolong di depan Plaza Senayan Jakarta beberapa tahun lalu, dia langsung share ke teman-temannya karena begitu excited dengan iklan ambient tersebut.

“Awalnya sih aku ngga merhatiin ya. Tapi pas macet, aku liat kok ada yang anehya. Tivi tapi bolong gitu. Bener-bener tivi, tapi layarnya bolong. Hehehe.. aku langsung cerita ke teman-teman kalo di PS ada iklan lucu.” (Wawancara di Jakarta, 18 Agustus 2009)

“Keanehan” yang disaksikan Wanita Cantik ini merupakan salah satu kelebihan iklan ambient media yang unik dan mampu menarik perhatian khalayak konsumen. Tak cuma itu, “keanehan” itu justru menimbulkan gema yang panjang di benak Wanita cantik itu serta kesan yang dalam di hatinya sehingga ia menceritakan pengalamannya tersebut kepada teman-temannya.

“Aku lama mikir, gila iklan itu keren
banget. Smart! Untuk bilang kalo
gambar tivi yang dihasilkan Samsung itu
sangat real seperti aslinya, iklannya
cukup dipasang seperti billboard di
pinggir jalan, dengan visual asli tivinya
tapi tengahnya dibolongin. Jadi waktu
kita melihatnya ya udah pasti kita ngeliat
gambar pemandangan asli di baliknya,
apa adanya. Aduh sayang waktu itu aku
ngga sempat moto. Padahal itu berkesan
banget buat aku.” . . . . (baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :
embayen ... ambayen ... embaien ... ambaien ... embaient ... ambaient ... embayent ... ambayent

Kamis, 29 Maret 2012

PERKEMBANGAN AMBIENT MEDIA DI INDONESIA

oleh : Rahina Nugrahani
Publikasi pada : Jurnal Imajinasi ISSN 1829-930X Volume II-8 Januari 2009

Abstrak
Kegiatan periklanan ditujukan untuk mendapatkan respon atau reaksi dari audiens. Pada beberapa kasus, kegiatan periklanan digunakan sebagai sarana untuk menghidupkan brand awareness (kesadaran terhadap merk) sebagai bagian dari upaya untuk membangun citra positif produk yang ditawarkan. Sebagai elemen yang memegang peran utama dalam kegiatan pemasaran, perusahaan harus mampu menentukan strategi media yang paling efektif dan sesuai dengan karakter perusahaan. Ada paradigma bahwa media massa merupakan media yang paling efektif untuk mengiklankan produk. Dibandingkan media yang lain, televisi adalah salah satu media periklanan yang paling populer karena memiliki kompetensi untuk menggabungkan unsur audio visual dan jangkauannya yang luas. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa mempromosikan produk melalui televisi tidak mengurangi antusiasme pemasar untuk beriklan di media tersebut. Terdapat hasil penelitian yang menyebutkan bahwa setiap harinya audiens diserbu tidak kurang dari 8.000 iklan televisi per hari. Berdasarkan hal tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa iklan televisi sudah kehilangan efektivitasnya untuk mempengaruhi keputusan produk dalam membeli produk.
Menurunnya keefektifan media konvensional menginspirasi biro-biro iklan dan pemasar untuk menggunakan media periklanan yang lain. Media lini bawah (below the line media) yang tidak terlalu populer sebelumnya, mulai dipertimbangkan sebagai salah satu media alternatif seiring dengan tuntutan untuk menciptakan media yang lebih efektif danl ebih kreatif. Salah satu media media nonkonvensional yang mulai populer akhir-akhir ini adalah ambient media, media yang tujuan utamanya adalah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan kepada audiens melalui sesuatu yang berbeda, di luar standar, dan pada umumnya media ini terintegrasi dengan lingkungan.
Kata Kunci : iklan, media, ambient

Pendahuluan
Iklan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang paling dikenal karena fungsinya sebagai instrumen pemasaran dengan daya jangkau yang sangat luas bagi perusahaan yang memproduksi barang atau jasa. Sifat dan tujuan iklan cukup beragam, sesuai dengan produsen dan target marketnya. Namun pada umumnya, suatu perusahaan beriklan untuk mendapatkan respons atau reaksi secara langsung maupun tidak langsung dari audiens. Dalam hal tertentu, iklan juga bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran audiens terhadap brand/merk serta sebagai sebuah upaya untuk membentuk suatu citra positif bagi barang atau jasa yang dihasilkannya.
Belanja iklan di Indonesia pada tahun 2005 tercatat sebesar + 23 triliun rupiah. Televisi mendapatkan perolehan nilai belanja sebesar 70% dengan estimasi biaya sebesar . . .. . . (baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).
-------------------------------
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :
embayen ... ambayen ... embaien ... ambaien ... embaient ... ambaient ... embayent ... ambayent